Big Decision
Tweets bertentangan
Congratulations, Erdo Deshiant Garnaby!
Banjir!
Hahaha, tiba-tiba inget lagu itu. Tiba-tiba inget kalo belum cerita baru-baru ini aku dikerjain sama banjir di Jakarta. Ini kejadian beberapa hari yang lalu, tepatnya Minggu, 17 Oktober 2010.
Ceritanya, aku dan pacarku, Erdo sengaja ke Jakarta buat dateng ke pernikahan Sofa di Mesjid Agung At Tiin Taman Mini Jakarta. Ketika kami ketemu di Terminal Kampung Rambutan, cuaca hari itu panas banged. Kami pun ngegosipin cuaca di Taxi menuju TMII. Supir Bluebird ikut-ikutan nimpalin, kalo Jakarta lagi aneh banged. Siang panas banged, begitu sore Badai. Wih, keder juga!
Kira-kira jam setengah 2 aku, Erdo, dan adek aku ngelanjutin jalan ke arah Cempaka Tengah. Begitu kami nyampe di Shuttle Transjakarta Cempaka Tengah, tiba-tiba ujan badai. Angin kenceng dan ujan ga berenti-berenti. Lucunya, kami yang menunggu dalam shuttle pun ikut kebasahan karena Shuttle Transjakarta ga bener-bener tertutup. Lumayan lah.. di luar badai, di dalam gerimis jadinya.
Kami pun terpaksa nunggu di dalam shuttle kira-kira lebi dari satu jam. Ampe ujan uda tinggal gerimis, kami baru ngelangkah ngejauhin shuttle. Kami sempet-sempetnya mampir di warteg mesen Mie Rebus setelah dari shuttle. Selesai makan, kami santai menuju kosan Adek dan...astaga... banjir udah selutut di jalan yang mau kami laluin. Pusing langsung. Mana pake baju kondangan lagi, sayang banged rasanya.
Kami pun manggil bajaj buat masuk gang perumahan, bajaj sempet gagah berani nganterin kami dari jalan besar ke gang perumahan, tapi O La La.... jalan di depan kosan adek ternyata lebih tinggi lagi banjirnya dibandingkan di jalan besar. Supir bajaj pun keder dan kami diantarkan kembali ke tempat semula. Alamak. Gimana ini.
Setelah bingung-bingung, aku pun memutuskan kalo terobos aja sambil nenteng sepatu. Yasuda, mau gimana lagi. Ga mungkin nunggu ampe surut sambil berdiri di luar gini.
Dan disepakati, aku, Erdo, dan adek nenteng sepatu sambil berjalan pelan-pelan ke dalam air. Bener aja. Pas di jalan besar, banjir selutut, begitu masuk ke perumahan nyaris sepaha aku. Ahhhhh.. Sambil jalan kami ketawa-ketawa. Antara girang karena belum perna kebanjiran dan pasrah aja. Haha, setelah sampai di kosan Adek, aku dan Erdo memutuskan untuk balik ke Bandung setelah banjir surut. Sekitar pukul 7 malam, banjir surut, barulah aku dan Erdo memutuskan pulang ke Bandung. Fyuuh.
PKT oh PKT
Selain peningkatan laba, PKT juga berhasil mencatat rekor produksi urea sebesar 2.949.750 ton dan amoniak sebesar 1.880.088 ton. Produksi amoniak bahkan melewati kapasitas produksi PKT sebesar 1,85 juta ton tahun. Sedangkan kapasitas produksi urea sendiri adalah 2,98 juta ton per tahun.
Sedangkan kinerja pemasaran PKT ke sektor non subsidi adalah sebesar 392.226 ton untuk pasar perkebunan dan 163.76 ton untuk pasar industri. Pada tahun 2009 pemerintah juga mengeluarkan ijin untuk melakukan ekspor urea. PKT sendiri berhasil mengekspor urea sejumlah 197.303 ton.
Hasilnya, terjadi penurunan down time dan unsheduled shut down yang sangat signifikan. Penurunan down time atau matinya pabrik diluar rencana, menyebabkan konsumsi gas menjadi lebih efisien dan ekonomis serta produksi lebih optimal.
Setiap pabrik PKT, yaitu 5 pabrik urea dan 4 pabrik amoniak, berhasil mencapai targetnya masing-masing. PKT juga membangun unit Desalinasi Kaltim-1 dengan teknologi Reverse Osmosis yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Berkat hal tersebut, penyaluran pupuk menjadi lebih efisien, tepat sasaran dan terhindar dari penyelewengan ataupun penyimpangan ke sektor lain. Dengan Pola RDKK, petani mendapat jaminan akan mendapatkan pupuk sesuai kebutuhannya.
Lalu, Proyek Kaltim-5, pembangunan pabrik dengan kapasitas 3.500 ton urea per hari dan 2.500 ton amoniak per hari. Diproyeksikan untuk menggantikan Kaltim-1 yang sudah mulai tua dan tidak efisien konsumsi energinya. Pabrik ini akan meningkatkan kapasitas produksi PKT menjadi sekitar 3,4 juta ton urea per tahun dan 2,1 juta ton amoniak per tahun. PKT juga membuat Proyek Pengembangan Kelapa Sawit, bekerjasama dengan PTPN XIII, PKT mendirikan anak perusahaan PT Kalianusa yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. Untuk tahap awal, luas perkebunan yang terletak di Kutai Timur tersebut adalah sekitar 13 ribu hektar.