Copyright © Storiette
Design by Dzignine
Friday 1 October 2010

PKT oh PKT


Pupuk Kaltim Bukukan Laba Rp 832 Miliar
Laporan wartawan KOMPAS Stefanus Osa Triyatna
Selasa, 18 Mei 2010 | 17:35 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) berhasil mencatat kinerja sangat baik pada tahun 2009. Produsen urea terbesar di Tanah Air itu membukukan laba usaha Rp 832,3 miliar atau meningkat Rp 205 miliar dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 627 miliar.

Selain peningkatan laba, PKT juga berhasil mencatat rekor produksi urea sebesar 2.949.750 ton dan amoniak sebesar 1.880.088 ton. Produksi amoniak bahkan melewati kapasitas produksi PKT sebesar 1,85 juta ton tahun. Sedangkan kapasitas produksi urea sendiri adalah 2,98 juta ton per tahun.
Sementara dibidang pemasaran PKT berhasil mengamankan pasokan urea bersubsidi di wilayah tanggung jawabnya yang meliputi Kalimantan (kecuali Kalbar), Jawa Timur, Nusa Tenggara, Bali, Sulawesi, Papua dan Maluku. Total selama tahun 2009 PKT menyalurkan urea sejumlah 2.102.567 ton urea bersubsidi, termasuk bantuan pasokan ke Pusri dan Petrogres.

Sedangkan kinerja pemasaran PKT ke sektor non subsidi adalah sebesar 392.226 ton untuk pasar perkebunan dan 163.76 ton untuk pasar industri. Pada tahun 2009 pemerintah juga mengeluarkan ijin untuk melakukan ekspor urea. PKT sendiri berhasil mengekspor urea sejumlah 197.303 ton.
Presiden Direktur PKT Hidayat Nyakman di Jakarta, Selasa (18/5/2010), menjelaskan, salah satu kunci keberhasilan kinerja perusahaan di tahun 2009 adalah efisiensi dan peningkatan kinerja di berbagai bidang. Di bidang produksi, perusahaan telah menerapkan sistem Manufacturing Excellence (Manufex) untuk memonitor kinerja pabrik, mengidentifikasi kelemahan dan performance killer, serta melakukan perbaikan berkesinambungan.

Hasilnya, terjadi penurunan down time dan unsheduled shut down yang sangat signifikan. Penurunan down time atau matinya pabrik diluar rencana, menyebabkan konsumsi gas menjadi lebih efisien dan ekonomis serta produksi lebih optimal.

Setiap pabrik PKT, yaitu 5 pabrik urea dan 4 pabrik amoniak, berhasil mencapai targetnya masing-masing. PKT juga membangun unit Desalinasi Kaltim-1 dengan teknologi Reverse Osmosis yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Di bidang pemasaran, PKT telah menerapkan Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi dengan Pola RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Pola ini mengharuskan petani untuk membentuk kelompok-kelompok dan mendaftarkan kebutuhannya untuk kemudian didata oleh kios-kios dan distributor. Data kebutuhan ini yang menjadi dasar penyaluran urea bersubsidi.

Berkat hal tersebut, penyaluran pupuk menjadi lebih efisien, tepat sasaran dan terhindar dari penyelewengan ataupun penyimpangan ke sektor lain. Dengan Pola RDKK, petani mendapat jaminan akan mendapatkan pupuk sesuai kebutuhannya.
Pembenahan dan peningkatan sistem SDM juga tidak luput dari perhatian. Guna meningkatkan kompetensi dan kinerja karyawan PKT telah menerapkan Sistem Manajemen SDM Berbasis Kompetensi, juga memperbaiki sistem remunerasi karyawan maupun sistem pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan efisiensi perusahaan.
Tahun 2009 PKT juga memulai sejumlah proyek dan pengembangan dalam rangka diversifikasi usaha, peningkatan kapasitas produksi dan efisiensi konsumsi bahan baku. Proyek tersebut, antara lain, Proyek Boiler Batubara, yaitu pembangunan boiler penghasil steam dengan menggunakan energi batubara. Hal ini adalah untuk mengantisipasi keterbatasan pasokan gas di masa mendatang. Boiler ini juga akan dimanfaatkan sebagai salah satu supporting utility untuk Pabrik Kaltim 5.
Kemudian, Proyek NPK Fuse Granulation, proyek pembangunan pabrik NPK dengan metode fuse granulation untuk memenuhi kebutuhan pupuk NPK nasional yang terus meningkat, baik untuk sektor pertanian maupun perkebunan. Proyek ini telah dilaksanakan sejak tahun 2008 dan diperkirakan selesai tahun 2010. Pabrik NPK Fuse ini berkapasitas 2x100.000 ton dan berlokasi di Bontang.

Lalu, Proyek Kaltim-5, pembangunan pabrik dengan kapasitas 3.500 ton urea per hari dan 2.500 ton amoniak per hari. Diproyeksikan untuk menggantikan Kaltim-1 yang sudah mulai tua dan tidak efisien konsumsi energinya. Pabrik ini akan meningkatkan kapasitas produksi PKT menjadi sekitar 3,4 juta ton urea per tahun dan 2,1 juta ton amoniak per tahun. PKT juga membuat Proyek Pengembangan Kelapa Sawit, bekerjasama dengan PTPN XIII, PKT mendirikan anak perusahaan PT Kalianusa yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. Untuk tahap awal, luas perkebunan yang terletak di Kutai Timur tersebut adalah sekitar 13 ribu hektar.
Guna menghimpun modal kerja dan membiayai proyek NPK Fuse Granulation, Bulan Oktober 2009 PKT menerbitkan Obligasi II dan Sukuk Ijarah I. Dana yang berhasil dihimpun dari penerbitan tersebut adalah Rp 791 miliar, masing-masing Rp 660 miliar untuk Obligasi konvensional dan Rp 131 miliar untuk Sukuk. Obligasi PKT sendiri mendapat rating Pefindo AA- (double A Minus) dan awal tahun 2010, PKT mendapat peringkat Gold dari Pefindo Award sebagai penerbit Sukuk Ijarah terbaik serta peringkat Bronze untuk penerbitan Obligasi.
Di tahun 2010, PKT juga masih menunjukkan kinerja yang baik. Hingga Triwulan pertama, produksi amoniak telah mencapai 460.367 ton, produksi urea 744.204 ton dan produksi NPK 31.119 ton. Sedangkan untuk volume penjualan amoniak mencapai 48.516 ton, penjualan urea 711.087 ton dan penjualan NPK 38.414 ton.

1 comments:

Unknown says:
at: 24 October 2010 at 21:45 said...
This comment has been removed by the author.